Ada Apa dengan Anakku ?

Dedicated untuk all mom-dad, to be. Especially working parents.

Lovhana ( 4th ) beberapa waktu yang lalu mengalami perubahan perilaku
drastis, dari yang sebelumnya ceria menjadi pemurung, jadi lebih mudah marah, membangkang dan yang terakhir yang membuat kami serumah kewalahan dia jadi suka mengamuk. Pernah suatu siang aku terpaksa izin dari kantor karena ditelpon rumah yang mengabarkan Lovhana ngamuk, dan tidak ada yang bisa mendinginkannya. Juga di hari yang lain aku terpaksa izin karena mendapat kabar dari sekolah kalau dia menangis terus. Bukan hanya itu saja, dia tidak pernah lagi mau ikut jemputan, dan jika diantar kesekolah terus merengek untuk ditunggui bahkan sampai harus masuk ke dalam kelasnya.

Ada apa dengan anakku ? Aku mencoba mencari referensi psikolog anak untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Karena belum mendapat yang ”sreg” aku coba investigasi apa sebenarnya yang sedang dialami anak ku. Dan inilah dua case yang aku temukan :

1. Masalah terbesarnya ada sang Adik. Dia merasa tersingkir sejak
kehadiran adiknya.
2. - Mbak baru ( masuk April 09 ) yang mengasuhnya ternyata suka
marah–marah kepadanya. Sebelumnya aku tidak mengganggap terlalu
serius karena memang mbak barunya itu mempunyai jenis suara yang
lantang, jadi terdengar seperti berteriak. Namun ternyata dia
memanfaatkan suara lantangnya itu untuk mengintimidasi anak ku
setiap kali dia susah diatur ( untuk makan, mandi ataupun main ).
- Mbak barunya sementara menemani anakku selalu bertelp ria dengan
hp ( itu sih judulnya ga nemenin kali yah ) sehingga anakku merasa mbak
nya tidak care alias dicuekin.
- Setiap kali menonton ( aku pake Indovision ) anak ku yang harus selalu
mengikuti acara yang ingin di tonton oleh Mbak nya ( akhirnya parental
lock aku aktifkan ).

Sesal tiada tara yang kurasakan, marah dan kecewa pada diriku sendiri. Bagaimana bisa aku, ibunya, tidak peka dalam melihat hal – hal yang membuat anak ku terluka.

Iseng sambil tidur – tiduran di kamar, aku aja dia ngobrol. Sambil coba liat physically apa ada tanda – tanda biru cubitan atau memar lain. Cukup kaget juga karena selain beberapa di kaki aku menemukan memar bekas cubitan di tangan kanan, pada saat inilah akhirnya kutemukan masalah ketiga. Walaupun agak lama mengorek cerita dari putriku ( she’s kinda difficult to express her feeling just like her father hehehe ).

Manda : Kenapa sih kak tangannya, cerita dong sama manda. Oooo
manda tau, pasti dicubit ya sama kakak Kinder.Lovhana : Emangnya manda liat, koq manda tau ?Manda : Manda ga liat sih, cuma tebak2 aja. Tapi pasti dicubit anak
kinder kan ? betul kan tebakan manda ?Lovhana : Iya ( sambil ragu2 menjawab ), dicubit sama Pamela anak Kinder B.Manda : Emang kk salah apa, koq dicubit ? dicubit di jemputan emangnya ?Lovhana : ya ga salah apa – apa, bukan dijemputan Manda, lagi main
biasa aja di sekolah.Manda : Kk bilang ms Rina ?
Lovhana : Engga’, aku Cuma bilang ke Fira ( temen deketnya ). Trus
kata Fira “jangan cubit – cubit dong kan sakit”Manda : Kk nangis ?Lovhana : Engga.
Manda : Ya udah, manda coba telp mama nya Fira ya. Nanti manda
bilang ms Rina juga, ga apa2 kan ? biar kk ga dinakalin lagi.Lovhana : ya udah ga apa2.

Hasil cross check dengan mama nya Fira sama dengan cerita anakku, aku langsung telpon ms/teacher nya dan menceritakan kejadiannya serta meminta bantuan supaya segera diselesaikan masalahnya. Rupanya masalah ketiga inilah yang membuatnya tidak mau ikut antar jemput.

Luka hatiku semakin parah, pada saat dia membutuhkan bantuan dan perlindungan dariku dia tidak bisa segera mendapatkannya and i have to pay very expensive (tak tergantikan oleh apapun ) atas efek psikologis pada anakku. Esok paginya ms nya menelpon ku dan berkata kalau anak kinder tersebut sudah dipanggil ( ada Lovhana dan kep sek juga ) dan dia mengakui kalau dia mencubit anakku. Alasan gemes ( duh kira – kira aja dong ya kalo gemez. Memarnya sih ga bisa dipercaya kalo cuma gemes ). Dia juga sudah minta maaf pada anakku dan berjanji tidak akan mengulangi nya lagi. Aku sharing hasilnya dengan mama Fira dan ternyata anaknya juga pernah dimarah – marahin sama si anak kinder B itu.

Karena masalah ini juga aku dan suami sempat cekcok via telp, tapi ya sudahlah tidak ada gunanya saling meyalahkan. Ini adalah konsekuensi dari jalan yang sudah kami pilih. Hanya satu yang aku tegaskan bahwa figur ayah tak tergantikan, memang kita mencari penghasilan untuk mereka, namun jika yang dicarikan tidak bahagia, merasa kesepian dan kurang kasih sayang, untuk apa mencari jauh – jauh hiks. Aku juga utarakan pada suamiku bahwa tidak mudah menjalani peran sebagai ayah dan ibu sekaligus. Aku mohon maaf kalau ternyata aku tidak bisa menjalaninya kedua peran tersebut dengan sempurna.

Penyelesaian masalah :

Case pertama : masalah berbagi perhatian dengan sang adik.
Karena Senin – Jum’at aku di kantor brangkat jam 7 pagi pulang jam 20 malam. Kunaikkan intensitas untuk mengobrol dengannya di telepon dari yang tadinya 1x sehari menjadi 2 – 3 kali dalam sehari. Tidak bosan memberi pengertian padanya kalau kakak – adik harus saling menyayangi dan berbagi. Melibatkannya dalam pengasuhan lebih banyak dari biasanya ( dari 20% menjadi 50% ) dengan cara menjaga adiknya tidur, kasih susu ke adiknya dan memegangi botol susunya, ikut menyiapkan air mandi adiknya, jalan – jalan pagi ( diluar jadwal sekolah (Senin,Rabu,Jum’at) ) dan sore , bermain sama – sama.

Waktu untuk nya full di hari Sabtu ( antar ballet,jalan – jalan, main game, main ke mall,makan b2 dll) just us. Dan sudah disepakatan oleh si kk Minggu is my full time untuk adik J

Rewards kecil buat kakak kalau bisa sikat gigi dan mandi sendiri, berpakaian dan melepas baju sendiri,makan sendiri dan lainnya. Atas kemandirian yang sudah dilaksanakannya hadiah kesukaannya adalah sticker ( sampe akhirnya beli buku sticker ) effective enough so far *glad* J

Case kedua : Masalah dengan Pengasuhnya.
Yang ini ga pake basa – basi lagi, langsung aku pulangin. Emang sih dia nyesel tapi yah ngapain juga nyimpen penyakit. Walaupun susah cari gantinya aku harus bisaaa…. :D
Lagian tiap kali ditanya : “mau ga tetep sm mba ?” jawabnya “ ga ah, aku ga sayang sama mbak!!”. Waktu pulang sih cukup mengharukan, anakku cukup dewasa dan legowo untuk “memaafkan” mbak nya. Dia sempat bilang “hati – hati ya mbak di jalan” sambil tersenyum manis dan melambaikan tangan kepada ex mbak nya tersebut ( good work my princess ).

Case ketiga : Masalah dengan teman Kinder B
Rewards besar untuknya kalau dia sampai dengan akhir tahun ajaran bersedia ikutan antar jemput lagi ( minta aquarium imitasi, yang pake colokan listrik itu lho.. yang ikannya bisa kayak jalan2 gitu ). Sekaligus mengajarkankan padanya untuk mengatasi masalah diluar rumah dan rasa takutnya pada orang lain.

Alhamdulillah, sejauh ini terlihat banyak perkembangan positif. Sepertinya rencana bertemu psikolog anak untuk sementara waktu ku urungkan saja dulu. Aku optimis, I’m sure I can fix this, and I realize the one she need is her mother.... it is me.. :)

*maafkan manda karena kurang perhatian sama kamu ya kak*

Share:

3 comments

  1. Anonymous12:58 PM

    sekarang full tome mommy mom?
    ak jg kepingin...
    smg bs nyusul :)

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah, sekarang full time mom :)

    Amin, semoga bisa menyusul :)

    ReplyDelete
  3. makasihan kunjunganya..;)
    wah sekarang bisa update trus blognya ya mba... pasti DD azka dan kaka Hana seneng bangeet...

    ReplyDelete