Bukan Miniatur Orang Dewasa

Kadang kita sebagai orang tua suka mengeluhkan anak - anak kita, males lah, suka pura - pura ga denger lah kalau disuruh sampai ga selesai - selesai dalam mengerjakan sesuatu yang pada setiap kejadian akan berakhir dengan kemarahan orang tua kepada anak. Atau membandingkan satu anak dengan anak yang lainnya.
 
Familiar dengan kata – kata ini :
- Gimana sih, kok ngerjain soal itu aja ga bisa !!
- Duh, lambat banget sih kamu makannya !!
- Iihhh..., dari tadi disuruh aja susah banget!! Atau
- Gitu aja ngeluh capek, apalagi mama / papa yang kerja seharian, emangnya ga capek ?
- Kakak aja bisa kok kamu ga bisa ?
 
Atau pernah merasa anak - anak tidak bisa memenuhi apa yang kita minta mereka untuk mengerjakannya ? Let’s see kenapa mereka tidak bisa memenuhi atau menyelesaikan yang kita minta, apakah tuntutan kita sebagai orang tua terlalu banyak ? A, B, C, D.... blablabla sehingga mereka kesulitan untuk memenuhi semua nya ?
 
Bernahkan berfikir bagaimana perasaan mereka dengan apa yang kita katakan tersebut ? atau pernahkan kita memposisikan diri di posisi mereka sehingga kita paham bagaimana perasaan mereka tersebut ?
Sudah seharusnya kita sebagai orang tua bersabar dalam proses tumbuh mereka menjadi dewasa. Yuuupppp…. ANAK itu BUKAN - MINIATUR ORANG DEWASA. Mereka adalah anak..., dengan fisik anak, cara berfikir anak, tenaga anak, kemampuan anak... Mereka bukanlah Miniatur Orang Dewasa. 
 
Setiap orangtua memang memiliki ciri khas dalam mendidik anak-anaknya yang nantinya anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa yang khas dari hasil didikan para orangtuanya. Dan setiap orangtua pastinya menginginkan anaknya tumbuh cerdas, pintar dan hebat. Tapi,,, untuk menjadikan anak yang tumbuh cerdas, pintar dan hebat juga harus ada pengasuhan, pendidikan dan suri tauladan yang tepat. 
 
Lalu orang tua memilihkan sekolah di tempat yang paling favorit, anaknya dapat berprestasi baik tapi kemudian sulit bersosialisasi. Bukannya percuma saja pintar tapi bermasalah dengan hubungan sosialnya? Kemudian lagi ada juga orangtua yang merasa pintar dan sukses kemudian kecewa karena anak-anaknya tidak ada yang menirunya. Nah,, kalo yang ini bagaimana?? 
 
Jadi, kalau ada anak yang bermasalah coba evaluasi kembali bagaimana pengasuhan orangtuanya, atau lingkungannya, atau tingkat kemampuan anaknya.
 
Orang tua harus menyadari bahwa setiap anak punya hak, kesukaan, punya kemampuan, dan punya cara berpikir sendiri. Li kulli Ro’sin Ro’yun yang artinya setiap individu punya ide atau pendapat. Anak – anak pun memiliki keinginan sendiri. Pernah terbayang sebuah keluarga besar dengan anak berjumlah seperti kesebelasan ? Pastinya orang tua akan banyak menghadapi berbagai macam karakter dari anak – anak nya tsb.
 
Bermusyawarah sejak dini, kenapa tidak ? bisa banget mengajarkan anak – anak untuk bermusyawarah sejak dini. Inshaa allah itu yang saya lakukan, mulai dari mengungkapkan pendapatnya kemudian orangtua yang memfasilitasinya. 
 
Jangan pernah memaksakan kehendak orang dewasa pada anak terkecuali untuk masalah ibadah atau untuk hal kebaikan. Untuk ibadah atau kebaikan juga dengan menggunakan cara yang halus dan mudah dipahami oleh anak tanpa harus ada kekerasan. Karena jika sejak kecil sudah terbiasa mendapatkan cara yang keras, maka anak juga akan tumbuh dengan watak yang keras. Sebaliknya,,, anak terlalu dimanja juga akan tumbuh menjadi anak yang lemah dan manja. Masukan sifat Ar Rahman Ar Rahim dalam pengasuhan anak.
 
Ingat yah parents , ANAK BUKAN MINIATUR ORANG DEWASA.. Semoga kita para orang tua khususnya ibu dapat membimbing anak – anak kita menjadi anak yang baik. Buat calon orang tua semoga tulisan ini bermanfaat untuk menambah wawasan. Wallahu a’lam bissowab.

Share:

0 comments