Kisah Inspiratif Benny Wullur Part 1 - Impian Menjadi Petinju

Pengacara Bandung Benny Wullur
Sumber: YouTube Channel Rumah Teh Iin

Kesuksesan tidak terjadi begitu saja dalam hidup. Banyak proses yang harus dijalankan dalam menggapainya. Sebagian orang berproses dengan cepat, tetapi bagi yang lain harus dengan perjuangan serta kerja keras untuk dapat mencapai kesuksesan tersebut.

Begitu juga dengan kisah perjalanan Benny Wullur, seorang pengacara atau ahli hukum dari Bandung.

Berikut kisah perjalanannya yang sangat inspiratif.

BERASAL DARI KELUARGA SEDERHANA

Benny Wullur terlahir dari keluarga sederhana. Sang ayah adalah seorang karyawan swasta yang terimbas pemutusan hubungan kerja (PHK) pada usia 55 tahun. Sejak itu, ibunya mengambil alih perekonomian keluarga dengan mengandalkan pendapat dari menjadi sales yang memasarkan beraneka ragam barang. 

"Saat itu saya masih di usia SD dan Ibu saya benar-benar berjuang untuk biaya sekolah. Makan pun kami sangat sederhana, lebih banyak sayur-sayuran saja," ungkap Benny Wullur ketika dijumpai oleh Founder IIDB Indari Mastuti.

Ayahnya selalu berpesan agar Benny dapat menjadi sosok yang kuat sehingga tidak mudah down jika ada yang mengganggunya. Dari pesan itulah pada akhirnya yang menjadikan Benny Wullur bertekad untuk menjadi sosok yang kuat serta ingin mempelajari beladiri.

Impian Menjadi Seorang Petinju

Terinspirasi Mike Tyson, lalu muncul impian ingin menjadi petinju agar menghasilkan banyak uang.

Pengacara dari Bandung itu pun, mulai belajar beladiri (Taekwondo) pertama kalinya di usia 12 tahun. Setelah beberapa waktu mengikuti Taekwondo, Benny pun jatuh sakit sehingga tertinggal kenaikan tingkat. Karena merasa tertinggal dari teman-temannya, ia pun memutuskan untuk mengikuti aliran beladiri lainnya, yaitu Judo. 

Merasa tidak cocok dalam Judo, setelah satu tahun mempelajari beladiri Jepang tersebut, Benny Wullur memutuskan untuk ikut Jujitsu. Tidak hanya Jujitsu, pria yang kini menjadi ahli hukum ini juga mengikuti beberapa beladiri lainnya yaitu Kateda dan Silat.

Perjalanannya di dalam bidang beladiri menjadikan prestasi sekolahnya menurun drastis. "Saya senang dan sukses saat ada gelut. Namun, saat itu, Mama saya dipanggil sekolah, karena saya mendapatkan ranking empat, tetapi ranking empatnya dari belakang," ujarnya sambil tertawa.

Setelah itu, Benny pun sempat mendalami teknik tenaga prana dan melepaskan dua ilmu beladiri lainnya dan fokus pada Kateda saja. Benny Wullur pun berhasil mendapatkan prestasi dengan pencapaian menjadi salah satu sabuk hitam termuda dan menjadi pelatih.

Masih belum mendapat restu dari Ibunda tercinta untuk menjadi petinju. Benny Wullur menurut dan menjalankan syarat yang diberikan oleh sang Ibu, yaitu jika bisa lulus kuliah dengan cepat maka ia diizinkan untuk menjadi petinju.

Saat kuliah, Benny tetap mendalami teknik pengobatan dengan tenaga prana, kemudian ahli hukum tersebut menjadi ahli penyembuhan dengan teknik tenaga prana dan bisa mengobati orang. "Dari mengobati dengan teknik tenaga prana tersebut, saya bisa mendapatkan uang jajan yang lumayan," ucapnya sambil tersenyum.

Benny pun akhirnya bisa menyelesaikan kuliah dengan waktu hanya 3.5 tahun saja. Suatu prestasi yang sangat mengejutkan untuk ibunda tercinta, mengingat saat di sekolah menengah atas Benny Wullur sempat mendapatkan peringkat keempat dari belakang. Juga karena prestasi dari kakak dan juga adiknya yang jauh berbeda dengannya.

"Kakak saya selalu mendapatkan peringkat sepuluh besar, sedangkan adik saya mendapatkan nilai tertinggi di mata pelajaran matematika," kenangnya.

Perjalanan Belum Berhenti

Masih banyak kisah yang menginspirasi yang diceritakan oleh pengacara dari Bandung ini.

Bagaimanakah lanjutan kisah Benny Wullur hingga mencapai posisi seperti saat ini? Kita akan lanjutkan kisah inspirasi Benny Wullur pada tulisan selanjutnya, ya.

Stay tuned :)

Share:

0 comments